I.
KONSEP VARIABEL COSTING
Variabel
costing merupakan perhitungan harga pokok produk yang hanya memasukkan biaya
produk variabel. Biaya produksi yang bersifat tetap terhadap produk dimasukkan
sebagai biaya periode. Secara sederhana, format Laporan Laba/Rugi dengan
variabel costing sebagai berikut:
Laporan
Laba/Rugi
|
|
(Variabel
Costing)
|
|
Penjualan
|
Rp 000
|
Biaya
Variabel
|
Rp 000
(-)
|
Kontribusi
Margin
|
Rp 000
|
Biaya Tetap
|
Rp 000
(-)
|
LABA (RUGI)
|
RP 000
|
Laporan
keuangan yang disusun dengan variabel costing lebih memfokuskan pada perilaku
biaya terhadap produk, yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Dengan pemisahan
antara biaya yang bersifat variabel terhadap produk dengan biaya yang sifatnya
tetap, maka laporan keuangan variabel costing lebih banyak manfaatnya bagi
manajer. Salah satu manfaatnya adalah laporan tersebut bisa digunakan untuk
analisa perubahan laba yang diharapkan, apabila terjadi perubahan penjualan
atau perubahan biaya (analisa ini sering disebut dengan analisa hubungan biaya
volume laba atau cost volume profit
analysis).
Variabel
costing memisahkan biaya menjadi biaya produksi variabel dan tetap, dan juga
memisahkan biaya non produk menjadi variabel dan tetap. Agar memudahkan dalam
pengelompokkan, maka perlu dibuat rekening biaya yang sesuai dengan pola
perilakunya, yaitu menjadi biaya variabel dan biaya tetap sedangkan biaya semi
variabel, pada akhir periode harus dibuat analisis untuk membedakan berapa yang
termasuk variabel dan yang termasuk baiya tetap.
Kelemahan
variabel costing diantaranya kesulitan pemisahan biaya variabel dan biaya tetap
dam bentuk laporan variabel costing tidak diterima untuk pihak ekstern.
II.
PENGENALAN CVP
Analisis
Cost Volume Profit (CVP) dapat
menjadi suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya
kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya.
Analisis CVP juga dapat mengatasi banyak isu lainnya, seperti jumlah unit yang
harus dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap
titik impas, dan dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu, analisis CVP
memungkinkan para manajer untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji
dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya terhadap laba.
III.
TITIK IMPAS DALAM UNIT
Titik
impas (Break Even Point –BEP) adalah
titik di mana total pendapatan sama dengan total biaya, titik di mana laba sama
dengan nol. Keputusan awal perusahaan dalam mengimplementasikan pendekatan unit
yang terjual pada analisis CVP adalah menentukan apa yang dimaksud dengan
sebuah unit. Keputusan kedua terpusat pada pemisahan biaya menjadi komponen
tetap dan variabel.
1.
Penggunaan Laba Operasi dalam Analisis CVP
Laba
Operasi = (Harga x Jumlah unit yang terjual) – (Biaya variabel per unit x
Jumlah unit yang terjual) – Total biaya tetap
|
2.
Jalan Pintas untuk Menghitung Unit Impas
Margin
kontribusi adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya variabel.pada
impas, margin kontribusi sama dengan beban tetap. Margin kontribusi per unit
bisa dihitung dengan salah satu dari dua cara berikut: (1) membagi total margin
kontribusi dengan unit yang terjual dan (2) menghitung harga dikurangi biaya
variabel per unit.
3.
Penjualan dalam Unit yang Diperlukan untuk Mencapai
Target Laba
a. Target Laba
dalam Jumlah Dolar
b. Target Laba
dalam Persentase dari Pendapatan Penjualan
c. Target Laba Setelah
Pajak
Saat menghitung
titik impas, pajak penghasilan tidak berperan. Hal ini disebabkan pajak yang
dibayar atas laba nol adalah nol. Secara umum, pajak dihitung sebagai
persentase dari laba. Laba setelah pajak dihitung dengan mengurangkan pajak
dari laba operasi (atau laba sebelum pajak).
Laba bersih = Laba
operasi (1 – Tarif pajak)
|
IV.
TITIK IMPAS DALAM DOLAR PENJUALAN
Untuk
menghitung titik impas dalam dolar penjualan, biaya variabel didefinisikan
sebagi suatu persentase dari penjualan bukan sebagai sebuah jumlah per unit
yang terjual. Rasio biaya variabel merupakan bagian dari setiap dolar penjualan
yang harus digunakan untuk menutup biaya variabel. Rasio margin kontribusi
adalah bagian dari setiap dolar penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap
dan menghasilkan laba.
Karena
margin kontribusi merupakan pendapatan yang tersisa setelah biaya variabel
tertutupi, margin kontribusi tersebut pastilah merupakan pendapatan penjualan
yang tersedia untuk menutupi biaya tetap dan menyumbang laba. Dalam hal ini,
terdapat tiga kemungkinan: biaya tetap bisa sama dengan margin kontribusi (laba
operasi sama dengan nol sehingga perusahaan impas), biaya tetap lebih kecil
dari margin kontribusi (perusahaan mengalami laba), atau biaya tetap lebih
besar dari margin kontribusi (perusahaan mengalami rugi).
V.
ANALISIS MULTIPRODUK
Analisis
biaya volume laba untuk perusahaan yang memproduksi dan menjual sejumlah produk
atau jasa tidak jauh berbeda dengan cara pengoperasian pada produk tunggal.
Terdapat beban tetap langsung dan beban tetap umum dalam proyeksi laporan laba
rugi. Beban tetap langsung adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri ke setiap
produk dan akan hilang jika produk tersebut tidak ada sedangkan beban tetap
umum adalah biaya tetap yang tidak dapat ditelusuri ke produk dan akan tetap
muncul meskipun salah satu produk dieliminasi.
Pengalokasian
biaya tetap umum ke setiap lini produk sebelum menghitung titik impas dapat
mengalami kesulitan. Kemungkinan pemecahannya adalah mengonversikan masalah
multiproduk menjadi masalah tunggal. Kunci dari konversi ini adalah
mengidentifikasi bauran penjualan yang diharapkan dalam unit dari produk-produk
yang dipasarkan. Bauran penjualan adalah kombinasi relatif dari berbagai produk
yang dijual perusahaan.
1.
Titik Impas dalam Unit
a.
Penentuan Bauran Penjualan
Bauran
penjualan dapat diukur dalam unit yang terjual atau bagian dari pendapatan.
Bauran penjualan dalam pendapatan menggunakan bauran penjualan dalam unit dan
memberikannya bobot menurut harganya. Untuk analisis CVP, kita harus
menggunakan bauran penjualan yang dinyatakan dalam unit.
b.
Bauran Penjualan dan Analisis CVP
Untuk menggunakan
pendekatan titik impas dalam unit, harga jual per paket dan biaya variabel per
paket harus diketahui. Untuk menghitung nilai-nilai paket tersebut, diperlukan
bauran penjualan, harga setiap produk, dan setiap biaya variabel.
2.
Pendekatan Dolar Penjualan
Titik
impas dalam dolar penjualan secara implisit menggunakan asumsi bauran
penjualan, tetapi mengabaikan persyaratan menghitungan margin kontribusi per
paket. Tidak ada pengetahuan terhadap data produk individual yang diperlukan.
Upaya penghitungannya mirip dengan yang digunakan dalam pengaturan produk
tunggal.
VI.
REPRESENTASI GRAFIS DARI HUBUNGAN CVP
Dua
grafik dasar yang penting, grafik laba volume dan grafik biaya volume laba,
sebagai berikut:
1.
Grafik Laba Volume
Grafik
laba volume menggambarkan hubungan antar laba dan volume penjualan secaara
visual. Grafik laba volume merupakan grafik dari persamaan laba operasi. Dalam grafik
ini, laba operasi merupakan variabel terikat dan unit merupakan variabel bebas.
Nilai variabel bebas biasanya diukur pada sumbu horizontal dan nilai variabel
terikat pada sumbu vertikal.
2.
Grafik Biaya Volume Laba
Pendapatan
= Harga x Unit
Total biaya
= (Biaya variabel per unit x Unit) + Biaya tetap
|
Asumsi-Asumsi pada Analisis Biaya Volume Laba
Grafik
laba volume dan biaya volume laba yang baru mengandalkan beberapa asumsi yang
penting sebagai berikut:
a.
Fungsi Linear.
Asumsi pertama, yaitu fungsi biaya dan pendapatan linear, memerlukan
pertimbangan tambahan. Saat kuantitas yang dijual meningkat, pendapatan juga
meningkat. Namun, kemudian, peningkatannya mulai tidak setajam bila
dibandingkan sebelumnya. Fungsi total biaya lebih rumit, yaitu pada awalnya
naik tajam, kemudian agak mendatar yang selanjutnya kembali naik secara tajam.
b.
Rentang yang Relevan. Analisis CVP merupakan alat pengambilan keputusan
jangka pendek sehingga kita perlu menetapkan rentang relevan yang menggambarkan
hubungan biaya dan pendapatan yang berlaku.
c.
Produksi Sama dengan Penjualan. Asumsi ketiga adalah apa yang diproduksi dapat
dijual. Tidak ada perubahan persediaan selama periode tertentu.
d.
Bauran Penjualan yang Konstan. Dalam analisis produk tunggal, bauran penjualan
tentu saja konstan yaitu 100 persen dari penjualan adalah satu produk. Namun,
tidak mungkin memprediksikan bauran penjualannya dengan pasti. Dalam praktiknya,
kendala ini biasanya ditangani dengan analisis sensitivitas.
e.
Harga dan Biaya Diketahui dengan Pasti. Pada kenyataannya, perusahaan jarang mengetahui
harga, biaya variabel, dan biaya tetap secara pasti.
VII.
PERUBAHAN DALAM VARIABEL CVP
Perusahaan
harus memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam harga, biaya
variabel, dan biaya tetap. Perusahaan juga harus memperhitungkan pengaruh
risiko dan ketidakpastian.
1.
Risiko dan Ketidakpastian
Asumsi penting dari
analisis CVP adalah harga dan biaya diketahui dengan pasti. Namun, hal tersebut
jarang terjadi. Risiko dan ketidakpastian memiliki perbedaan yaitu distribusi
probabilitas variabel pada risiko dapat diketahui sedangkan distribusi
probabilitas variabel pada ketidakpastian tidak dapat diketahui. Para manajer
dapat menghadapi risiko dan ketidakpastian dengan dua cara yaitu (1) pihak
manajemen menyadari ketidakpastian harga, biaya, dan kuantitas di masa depan
dan mempertimbangkan “kisaran titik impas”. (2) para manajer dapat menggunakan
analisis sensitivitas atau analisis what-if.
Dua konsep yang bermanfaat bagi manajer untuk mempertimbangkan ukuran risiko
yaitu:
a.
Margin Pengaman.
Margin pengaman adalah unit yang terjual atau diharapkan terjual atau
pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk dihasilkan yang melebihi
volume impas.Apabila margin pengaman perusahaan adalah besar atas penjualan
tertentu yang diharapkan di tahun depan, maka risiko menderita kerugian jika
penjualan menurun lebih kecil daripada margin pengamannya kecil.
b.
Pengungkit Operasi.
Pengungkit operasi berkaitan dengan bauran relatif dari biaya tetap dan biaya
variabel dalam suatu organisasi. Saat biaya variabel turun, margin kontribusi
per unit meningkat. Hal itu membuat kontribusi setiap unit yang dijual menjadi
lebih tinggi sebesar itu. pengungkit operasi merupakan penggunaan biaya tetap
untuk menciptakan perubahan persentase laba yang lebih tinggi ketika aktivitas
penjualan berubah. Tingkat pengungkit operasi dapat diukur dengan menggunakan
rasio margin kontribusi terhadap laba. Jika biaya tetap digunakan untuk
mengurangi biaya variabel, maka margin kontribusi meningkat dan laba menurun,
maka tingkat pengungkti operasi naik yang menandakan adanya peningkatan risiko.
2.
Analisis Sensitivitas dan CVP
Analisis
sensitivitas adalah teknik “bagaimana-jika”yang menguji dampak dari perubahan
asumsi-asumsi yang mendasarinya terhadap suatu jawaban. Akuntan harus
mengetahui distribusi biaya dan harga dari perusahaan, serta dampak perubahan
kondisi ekonomi terhadap variabel-variabel tersebut. Keunggulan dari analisis
sensitivitas adalah memberikan masukan dan melatih intuisi bagi para manajer
untuk merasakan tingkat pengaruh dari variabel yang buruk terhadap suatu
jawaban.
VIII.
ANALISIS CVP DAN PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN
AKTIVITAS
Analisis
CVP konvensional mengasumsikan semua biaya perusahaan dapat dikelompokkan dalam
dua kategori yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Pada sistem perhitungan
biaya berdasarkan aktivitas, biaya dibagi dalam kategori berdasarkan unit dan
nonunit. Perbandingan antara titik impas ABC dengan titik impas konvensional
mengungkapkan dua perbedaan yamg signifikan. Pertama, biaya tetapnya berbeda.
Kedua, pembilang pada persamaan impas ABC memiliki istilah biaya variabel
nonunit.
XI. RINGKASAN PERSAMAAN-PERSAMAAN
1.
Laba operasi =
(Harga x unit) – (Biaya variabel per unit x Unit) –Biaya tetap
2.
Titik impas
dalam unit = Biaya tetap/(Harga – Biaya variabel per unit)
3.
Rasio margin
kontribusi = (Harga – Biaya variabel per unit) / Harga
4.
Rasio biaya
variabel = Biaya variabel per unit / Harga
5.
Titik impas
dalam dolar penjualan = Biaya tetap / (1
– Rasio biaya variabel)
6.
Margin pengaman
= Penjualan – Titik impas
7.
Tingkat
pengungkit operasi = Total margin kontribusi / Laba
8.
Laba sebelum
pajak = Laba setelah pajak / (1 – Tarif pajak penghasilan)
9.
Total biaya ABC
= Biaya tetap + (Biaya variabel per unit x Unit) + (Biaya tingkat Batch x Penggerak Batch) + (Biaya tingkat produk x Penggerak produk)
10. Unit impas ABC = [Biaya tetap + (Biaya variabel per
unit x Unit) + (Biaya tingkat Batch x
Penggerak Batch) + (Biaya tingkat
produk x Penggerak produk)] / (Harga – Biaya variabel per unit)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar