Rabu, 11 Juni 2014

Cost Volume Profit

              I.          KONSEP VARIABEL COSTING
Variabel costing merupakan perhitungan harga pokok produk yang hanya memasukkan biaya produk variabel. Biaya produksi yang bersifat tetap terhadap produk dimasukkan sebagai biaya periode. Secara sederhana, format Laporan Laba/Rugi dengan variabel costing sebagai berikut:
Laporan Laba/Rugi
(Variabel Costing)
Penjualan
Rp     000
Biaya Variabel
Rp     000  (-)
Kontribusi Margin
Rp     000
Biaya Tetap
Rp     000  (-)
         LABA (RUGI)
RP     000
Laporan keuangan yang disusun dengan variabel costing lebih memfokuskan pada perilaku biaya terhadap produk, yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Dengan pemisahan antara biaya yang bersifat variabel terhadap produk dengan biaya yang sifatnya tetap, maka laporan keuangan variabel costing lebih banyak manfaatnya bagi manajer. Salah satu manfaatnya adalah laporan tersebut bisa digunakan untuk analisa perubahan laba yang diharapkan, apabila terjadi perubahan penjualan atau perubahan biaya (analisa ini sering disebut dengan analisa hubungan biaya volume laba atau cost volume profit analysis).
Variabel costing memisahkan biaya menjadi biaya produksi variabel dan tetap, dan juga memisahkan biaya non produk menjadi variabel dan tetap. Agar memudahkan dalam pengelompokkan, maka perlu dibuat rekening biaya yang sesuai dengan pola perilakunya, yaitu menjadi biaya variabel dan biaya tetap sedangkan biaya semi variabel, pada akhir periode harus dibuat analisis untuk membedakan berapa yang termasuk variabel dan yang termasuk baiya tetap.
Kelemahan variabel costing diantaranya kesulitan pemisahan biaya variabel dan biaya tetap dam bentuk laporan variabel costing tidak diterima untuk pihak ekstern.
           II.          PENGENALAN CVP
Analisis Cost Volume Profit (CVP) dapat menjadi suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya. Analisis CVP juga dapat mengatasi banyak isu lainnya, seperti jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, dan dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu, analisis CVP memungkinkan para manajer untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya terhadap laba.



        III.          TITIK IMPAS DALAM UNIT
Titik impas (Break Even Point –BEP) adalah titik di mana total pendapatan sama dengan total biaya, titik di mana laba sama dengan nol. Keputusan awal perusahaan dalam mengimplementasikan pendekatan unit yang terjual pada analisis CVP adalah menentukan apa yang dimaksud dengan sebuah unit. Keputusan kedua terpusat pada pemisahan biaya menjadi komponen tetap dan variabel.
    1.         Penggunaan Laba Operasi dalam Analisis CVP
Laba Operasi = (Harga x Jumlah unit yang terjual) – (Biaya variabel per unit x Jumlah unit yang terjual) – Total biaya tetap
Laba operasi hanya mencakup pendapatan dan beban dari operasional normal perusahaan sedangkan laba bersih adalah laba operasi dikurangi pajak penghasilan. Persamaan laba operasi sebagai berikut:


    2.         Jalan Pintas untuk Menghitung Unit Impas
Margin kontribusi adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya variabel.pada impas, margin kontribusi sama dengan beban tetap. Margin kontribusi per unit bisa dihitung dengan salah satu dari dua cara berikut: (1) membagi total margin kontribusi dengan unit yang terjual dan (2) menghitung harga dikurangi biaya variabel per unit.
    3.         Penjualan dalam Unit yang Diperlukan untuk Mencapai Target Laba
       a.       Target Laba dalam Jumlah Dolar
       b.       Target Laba dalam Persentase dari Pendapatan Penjualan
       c.       Target Laba Setelah Pajak
Saat menghitung titik impas, pajak penghasilan tidak berperan. Hal ini disebabkan pajak yang dibayar atas laba nol adalah nol. Secara umum, pajak dihitung sebagai persentase dari laba. Laba setelah pajak dihitung dengan mengurangkan pajak dari laba operasi (atau laba sebelum pajak).
Laba bersih = Laba operasi (1 – Tarif pajak)
 



        IV.          TITIK IMPAS DALAM DOLAR PENJUALAN
Untuk menghitung titik impas dalam dolar penjualan, biaya variabel didefinisikan sebagi suatu persentase dari penjualan bukan sebagai sebuah jumlah per unit yang terjual. Rasio biaya variabel merupakan bagian dari setiap dolar penjualan yang harus digunakan untuk menutup biaya variabel. Rasio margin kontribusi adalah bagian dari setiap dolar penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba.
Karena margin kontribusi merupakan pendapatan yang tersisa setelah biaya variabel tertutupi, margin kontribusi tersebut pastilah merupakan pendapatan penjualan yang tersedia untuk menutupi biaya tetap dan menyumbang laba. Dalam hal ini, terdapat tiga kemungkinan: biaya tetap bisa sama dengan margin kontribusi (laba operasi sama dengan nol sehingga perusahaan impas), biaya tetap lebih kecil dari margin kontribusi (perusahaan mengalami laba), atau biaya tetap lebih besar dari margin kontribusi (perusahaan mengalami rugi).
           V.          ANALISIS MULTIPRODUK
Analisis biaya volume laba untuk perusahaan yang memproduksi dan menjual sejumlah produk atau jasa tidak jauh berbeda dengan cara pengoperasian pada produk tunggal. Terdapat beban tetap langsung dan beban tetap umum dalam proyeksi laporan laba rugi. Beban tetap langsung adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri ke setiap produk dan akan hilang jika produk tersebut tidak ada sedangkan beban tetap umum adalah biaya tetap yang tidak dapat ditelusuri ke produk dan akan tetap muncul meskipun salah satu produk dieliminasi.
Pengalokasian biaya tetap umum ke setiap lini produk sebelum menghitung titik impas dapat mengalami kesulitan. Kemungkinan pemecahannya adalah mengonversikan masalah multiproduk menjadi masalah tunggal. Kunci dari konversi ini adalah mengidentifikasi bauran penjualan yang diharapkan dalam unit dari produk-produk yang dipasarkan. Bauran penjualan adalah kombinasi relatif dari berbagai produk yang dijual perusahaan.
1.      Titik Impas dalam Unit
     a.         Penentuan Bauran Penjualan
Bauran penjualan dapat diukur dalam unit yang terjual atau bagian dari pendapatan. Bauran penjualan dalam pendapatan menggunakan bauran penjualan dalam unit dan memberikannya bobot menurut harganya. Untuk analisis CVP, kita harus menggunakan bauran penjualan yang dinyatakan dalam unit.
    b.         Bauran Penjualan dan Analisis CVP
Untuk menggunakan pendekatan titik impas dalam unit, harga jual per paket dan biaya variabel per paket harus diketahui. Untuk menghitung nilai-nilai paket tersebut, diperlukan bauran penjualan, harga setiap produk, dan setiap biaya variabel.
2.      Pendekatan Dolar Penjualan
Titik impas dalam dolar penjualan secara implisit menggunakan asumsi bauran penjualan, tetapi mengabaikan persyaratan menghitungan margin kontribusi per paket. Tidak ada pengetahuan terhadap data produk individual yang diperlukan. Upaya penghitungannya mirip dengan yang digunakan dalam pengaturan produk tunggal.
        VI.          REPRESENTASI GRAFIS DARI HUBUNGAN CVP
Dua grafik dasar yang penting, grafik laba volume dan grafik biaya volume laba, sebagai berikut:
1.      Grafik Laba Volume
Grafik laba volume menggambarkan hubungan antar laba dan volume penjualan secaara visual. Grafik laba volume merupakan grafik dari persamaan laba operasi. Dalam grafik ini, laba operasi merupakan variabel terikat dan unit merupakan variabel bebas. Nilai variabel bebas biasanya diukur pada sumbu horizontal dan nilai variabel terikat pada sumbu vertikal.
2.      Grafik Biaya Volume Laba
Pendapatan = Harga x Unit
Total biaya = (Biaya variabel per unit x Unit) + Biaya tetap
Grafik biaya volume laba menggambarkan hubungan antara biaya, volume, dan laba. Diperlukan grafik dengan dua garis terpisah yaitu garis total pendapatan dan garis total biaya. Tiap-tiap garis disajikan dengan dua persamaan berikut:




Asumsi-Asumsi pada Analisis Biaya Volume Laba
Grafik laba volume dan biaya volume laba yang baru mengandalkan beberapa asumsi yang penting sebagai berikut:
     a.         Fungsi Linear. Asumsi pertama, yaitu fungsi biaya dan pendapatan linear, memerlukan pertimbangan tambahan. Saat kuantitas yang dijual meningkat, pendapatan juga meningkat. Namun, kemudian, peningkatannya mulai tidak setajam bila dibandingkan sebelumnya. Fungsi total biaya lebih rumit, yaitu pada awalnya naik tajam, kemudian agak mendatar yang selanjutnya kembali naik secara tajam.
    b.         Rentang yang Relevan. Analisis CVP merupakan alat pengambilan keputusan jangka pendek sehingga kita perlu menetapkan rentang relevan yang menggambarkan hubungan biaya dan pendapatan yang berlaku.
     c.         Produksi Sama dengan Penjualan. Asumsi ketiga adalah apa yang diproduksi dapat dijual. Tidak ada perubahan persediaan selama periode tertentu.
    d.         Bauran Penjualan yang Konstan. Dalam analisis produk tunggal, bauran penjualan tentu saja konstan yaitu 100 persen dari penjualan adalah satu produk. Namun, tidak mungkin memprediksikan bauran penjualannya dengan pasti. Dalam praktiknya, kendala ini biasanya ditangani dengan analisis sensitivitas.
     e.         Harga dan Biaya Diketahui dengan Pasti. Pada kenyataannya, perusahaan jarang mengetahui harga, biaya variabel, dan biaya tetap secara pasti.

     VII.          PERUBAHAN DALAM VARIABEL CVP
Perusahaan harus memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam harga, biaya variabel, dan biaya tetap. Perusahaan juga harus memperhitungkan pengaruh risiko dan ketidakpastian.
1.      Risiko dan Ketidakpastian
Asumsi penting dari analisis CVP adalah harga dan biaya diketahui dengan pasti. Namun, hal tersebut jarang terjadi. Risiko dan ketidakpastian memiliki perbedaan yaitu distribusi probabilitas variabel pada risiko dapat diketahui sedangkan distribusi probabilitas variabel pada ketidakpastian tidak dapat diketahui. Para manajer dapat menghadapi risiko dan ketidakpastian dengan dua cara yaitu (1) pihak manajemen menyadari ketidakpastian harga, biaya, dan kuantitas di masa depan dan mempertimbangkan “kisaran titik impas”. (2) para manajer dapat menggunakan analisis sensitivitas atau analisis what-if. Dua konsep yang bermanfaat bagi manajer untuk mempertimbangkan ukuran risiko yaitu:
     a.         Margin Pengaman. Margin pengaman adalah unit yang terjual atau diharapkan terjual atau pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk dihasilkan yang melebihi volume impas.Apabila margin pengaman perusahaan adalah besar atas penjualan tertentu yang diharapkan di tahun depan, maka risiko menderita kerugian jika penjualan menurun lebih kecil daripada margin pengamannya kecil.
    b.         Pengungkit Operasi. Pengungkit operasi berkaitan dengan bauran relatif dari biaya tetap dan biaya variabel dalam suatu organisasi. Saat biaya variabel turun, margin kontribusi per unit meningkat. Hal itu membuat kontribusi setiap unit yang dijual menjadi lebih tinggi sebesar itu. pengungkit operasi merupakan penggunaan biaya tetap untuk menciptakan perubahan persentase laba yang lebih tinggi ketika aktivitas penjualan berubah. Tingkat pengungkit operasi dapat diukur dengan menggunakan rasio margin kontribusi terhadap laba. Jika biaya tetap digunakan untuk mengurangi biaya variabel, maka margin kontribusi meningkat dan laba menurun, maka tingkat pengungkti operasi naik yang menandakan adanya peningkatan risiko.
2.      Analisis Sensitivitas dan CVP
Analisis sensitivitas adalah teknik “bagaimana-jika”yang menguji dampak dari perubahan asumsi-asumsi yang mendasarinya terhadap suatu jawaban. Akuntan harus mengetahui distribusi biaya dan harga dari perusahaan, serta dampak perubahan kondisi ekonomi terhadap variabel-variabel tersebut. Keunggulan dari analisis sensitivitas adalah memberikan masukan dan melatih intuisi bagi para manajer untuk merasakan tingkat pengaruh dari variabel yang buruk terhadap suatu jawaban.
  VIII.          ANALISIS CVP DAN PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS
Analisis CVP konvensional mengasumsikan semua biaya perusahaan dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Pada sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, biaya dibagi dalam kategori berdasarkan unit dan nonunit. Perbandingan antara titik impas ABC dengan titik impas konvensional mengungkapkan dua perbedaan yamg signifikan. Pertama, biaya tetapnya berbeda. Kedua, pembilang pada persamaan impas ABC memiliki istilah biaya variabel nonunit.
XI.         RINGKASAN PERSAMAAN-PERSAMAAN
    1.         Laba operasi = (Harga x unit) – (Biaya variabel per unit x Unit) –Biaya tetap
    2.         Titik impas dalam unit = Biaya tetap/(Harga – Biaya variabel per unit)
    3.         Rasio margin kontribusi = (Harga – Biaya variabel per unit) / Harga
    4.         Rasio biaya variabel = Biaya variabel per unit / Harga
    5.         Titik impas dalam dolar penjualan = Biaya tetap  / (1 – Rasio biaya variabel)
    6.         Margin pengaman = Penjualan – Titik impas
    7.         Tingkat pengungkit operasi = Total margin kontribusi / Laba
    8.         Laba sebelum pajak = Laba setelah pajak / (1 – Tarif pajak penghasilan)
    9.         Total biaya ABC = Biaya tetap + (Biaya variabel per unit x Unit) + (Biaya tingkat Batch x Penggerak Batch) + (Biaya tingkat produk x Penggerak produk)

  10.       Unit impas ABC = [Biaya tetap + (Biaya variabel per unit x Unit) + (Biaya tingkat Batch x Penggerak Batch) + (Biaya tingkat produk x Penggerak produk)] / (Harga – Biaya variabel per unit)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar