Rabu, 11 Juni 2014

ABM vs ABC

A.    MANAJEMEN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS
Manajemen berdasarkan aktivitas (activity based management-ABM) adalah pendekatan untuk keseluruhan sistem yang terintegrasi dan berfokus pada perhatian manajemen atas berbagai aktivitas dengan tujuan meningkatkan nilai bagi pelanggan dan laba yang dicapai dengan mewujudkan nilai ini. ABC adalah sumber utama informasi ABM. Jadi, model ABM memiliki dua dimensi yaitu dimensi biaya dan dimensi proses. Dimensi biaya memberikan informasi biaya mengenai berbagai sumber daya, aktivitas dan obyek biaya yang menjadi perhatian, seperti produk, pelanggan, pemasok, dan saluran distribusi. Tujuan dimensi biaya adalah memperbaiki akurasi dan pembebanan biaya. Dimensi kedua, dimensi proses, memberikan informasi mengenai aktivitas apa saja yang dilakukan, mengapa harus dilakukan, dan seberapa baik aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan. Tujuan dimensi ini aalah mengurangi biaya.
ABM dapat dipandang sebagai sistem informasi yang bertujuan memperbaiki pengambilan keputusan dengan menginformasikan biaya yang akurat dan mengurangi biaya dengan mendorong serta mendukung berbagai usaha perbaikan berkelanjutan.Tujuan pertama adalah domain dari ABC, sedangkan tujuan kedua merupakan bagian dari analisis nilai proses (process value analysis-PVA) yang membutuhkan data yang lebih terperinci dari tujuan ABC dalam memperbaiki keakuratan pembebanan biaya.
Tujuan keseluruhan ABM adalah meningkatkan profitabilitas perusahaan. Tujuan ini dapat dicapai dengan mengidentifikasi dan menyeleksi berbagai peluang untuk perbaikan serta menggunakan informasi akurat untuk membuat keputusan yang lebih baik. Terdapat dua langkah yang sama berkaitan dengan ABC dan PVA adalah (1) perencanaan sistem dan (2) identifikasi, definisi, dan klasifikasi berbagai aktivitas.
Yang menjadi salah satu alasan kegagalam ABM adalah kurangnya dukungan dari manajemen tingkat atas. Hilangnya dukungan bisa terjadi jika implementasi membutuhkan waktu yang terlalu lama atau hasil yang diharapkan tidak tampak nyata.
ABM dan Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggunjawaban ditentukan melalui empat elemen penting, yaitu pemberian tanggung jawab, pembuatan ukuran kinerja (benchmarking), pengevaluasian kinerja, dan pemberian penghargaan. Akuntansi pertanggunjawaban bertujuan memengaruhi perilaku dalam cara tertentu sehingga seseorang atau kegiatan perusahaan akan disesuaikan untuk mencapai tujuan bersama. Tiga jenis sistem akuntansi pertanggungjawaban yang telah berubah sepanjang waktu adalah berdasarkan keuangan (fungsional), aktivitas, dan strategi. Sistem akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan keuangan (fungsional) memberikan tanggung jawab pada berbagai unit perusahaan dan menyatakan berbagai ukuran kinerja dalam bentuk keuangan sedangkan pertanggunjawaban berdasarkan aktivitas adalah sistem akuntansi pertanggunjawaban yang dikembangkan untuk perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan yang mengalami perbaikan berkelanjutan.

B.     ANALISIS NILAI PROSES
Analisis nilai proses berkaitan dengan analisis penggerak, analisis aktivitas, dan pengukuran kinerja aktivitas.
1.      Analisis Penggerak: Pencarian Akar Pemicu
Setiap aktivitas terdiri atas input dan output. Input aktivitas adalah berbagai sumber daya yang dikonsumsi suatu aktivitas dalam rangka menghasilkan output-nya. Output aktivitas adalah hasil atau produk dari suatu aktivitas. Jadi, analisis penggerak adalah usaha yang dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai faktor yan merupakan akar pemicu dari biaya aktivitas. Contohnya, kualitas pemasok yang rendah mungkin merupakan akar pemicu biaya pemeriksaan suku cadang yang dibeli (ukuran output x jumlah jam pemeriksaan) dan pemesanan ualng (ukuran output x jumlah pemesanan ulang).
2.      Analisis Aktivitas: Mengidentifikasi dan Menilai Isi Nilai
Analisis aktivitas adalah proses untuk mengidentifikasi, menjelaskan, dan mengevaluasi berbagai aktivitas yang dilakukan perusahaan. Analisis aktivitas harus menunjukkan empat hasil: (1) aktivitas apa saja yang dilakukan, (2) berapa banyak orang yang melakukan aktivitas tersebut, (3) waktu dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas, dan (4) penilaian atas nilai aktivitas bagi perusahaan, termasuk saran untuk memilih dan mempertahankan berbagai aktivitas yang menambah nilai. Berbagai aktivitas tersebut dapat diklasifikasikan sebagai bernilai tambah atau tak bernilai tambah.
     a.         Aktivitas Bernilai-Tambah
Berbagai aktivitas yang dibutuhkan untuk dapat bertahan dalam bisnis disebut sebagai aktivitas yang bernilai-tambah. Aktivitas discretionary diklasifikasikan sebagai aktivitas yang bernilai-tambah jika secara simultan memenuhi berbagai syarat: (1) aktivitas yang menghasilkan perubahan kondisi, (2) perubahan kondisi yang tidak dapat dicapai melalui aktivitas sebelumnya, dan (3) aktivitas yang memungkinkan berbagai aktivitas lainnya dilakukan. Biaya bernilai-tambah adalah berbagai biaya yang timbul dari melakukan berbagai aktivitas bernilai-tambah dengan efisiensi yang sempurna.
    b.         Aktivitas Tak-Bernilai-Tambah
Semua aktivitas selain berbagai aktivitas yang paling penting untuk tetap bertahan dalam bisnis sehingga dipandang tidak perlu, disebut sebagai aktivitas tak-bernilai-tambah. Biaya tak-bernilai-tambah adalah berbagai biaya yang disebabkan oleh aktivitas tak-bernilai-tambah atau kinerja tidak efisien dari aktivitas bernilai-tambah. Contoh aktivitas tak-bernilai-tambah yaitu penjadwalan, perpindahan, waktu tunggu, pemeriksaan, dan penyimpanan.
Biaya bernilai tambah = SP x SQ
Biaya tak-bernilai-tambah = (AQ-SQ) x SP

Di mana:
SQ = tingkat output bernilai tambah untuk suatu aktivitas
SP = harga standar per unit dari ukuran output aktivitas
AQ = penggunaan kuantitas sesungguhnya sumber daya fleksibel atau kapasitas praktis aktivitas yang diadakan untuk sumber daya yang terikat


 
 











3.      Pengukuran Kinerja Aktivitas
Ukuran kinerja aktivitas berpusat pada tiga dimensi utama: efisiensi, kualitas, dan waktu. Efisiensi berfokus pada hubungan berbagai input aktivitas dengan output aktivitas. Kualitas berkaitan dengan melakukan aktivitas yang benar sejak aktivitas tersebut dilakukan pertama kali. Waktu yang lebih lama biasanya berarti lebih banyak penggunaan sumber daya dan lebih sedikit kemampuan untuk merespons kebutuhan pelanggan.
Peran Standar Kaizen
Perhitungan Kaizen berkaitan dengan penurunan biaya berbagai produk dan proses yang telah ada. Pengendalian berbagai proses penurunan biaya ini dapat dicapai melalui penggunaan berulang dua subsiklus utama: (1) Kaizen atau perbaikan berkelanjutan dan (2) Siklus pemeliharaan. Subsiklus Kaizen ditentukan oleh rangkaian Rencanaka (Plan) – Lakukan (Do) – Periksa (Check) – Bertindak (Act).
Kaizen, bermakna berkelanjutan atau pengembangan setahap demi setahap melalui perbaikan aktivitas kecil-kecilan, daripada pengembangan besar atau radikal yang dibuat melalui inovasi atau investasi yang besar dalam teknologi. Idenya sederhana, pengembangan adalah tujuan dan tanggung jawab setiap pekerja. Dari CEO sampai pekerja kasar, dalam setiap aktivitas, setiap hari, dan sepanjang waktu. Melalui usaha yang kecil namun terus-menerus dari setiap orang, pengurangan signifikan biaya dapat dicapai sepanjang waktu.
Benchmarking
Benchmarking merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam penetapan standard untuk membantu mengidentifikasikan kemungkinan perbaikan aktivitas.  Benchmarkingmerupakan penentapan standard yang mengacu pada kinerja yang dicapai suatu bagian yang dianggap baik. Dalam suatu organisasi, unit-unit yang ada dengan aktivitas yang sama akan saling diperbandingkan. Unit dengan kinerja yang terbaik akan digunakan sebagai standard atau patokan, sedangkan yang lainnya harus mengikutinya. Selanjutnya unit dengan kinerja terbaik dapat menginformasikan bagimana mereka mencapai yang terbaik kepada unit yang lain. Benchmarking ini idealnya juga dibandingkan dengan kompetitor atau dengan industri lain. Apabila dibandingkan dengan bagian lain dalam organisasi disebut dengan Internal benchmarking, tetapi apabila dibandingkan dengan bagian diluar organisasi disebut dengan eksternal benchmarking



C.    PERHITUNGAN BIAYA PELANGGAN DAN PEMASOK BERDASARKAN AKTIVITAS
    1.         Perhitungan Biaya Pelanggan Berdasarkan Aktivitas
Para pelanggan adalah obyek biaya yang cukup berpengaruh. Mengetahui besarnya biaya untuk melayani para pelanggan yang berbeda adalah informasi yang sangat penting untuk beberapa tujuan, seperti penentuan harga, penentuan bauran pelanggan, dan perbaikan profitabilitas.
Pembebanan biaya layanan pelanggan paada pelanggan dilakukan dengan cara yang sama dengan biaya produksi dibebankan pada produk. Biaya sumber daya yang dipakai dibebankan pada aktivitas and biaya aktivitas dibebankan kepada setiap pelanggan.
    2.         Perhitungan Biaya Pemasok Berdasarkan Aktivitas
Biaya pemasok lebih banyak daripada harga pembelian komponen atau bahan yang dibutuhkan. Sebagaimana halnya pelanggan, pemasok dapat memengaruhi banyak aktivitas internal suatu perusahaan dan meningkatkan biaya pembelian secara signifikan. Pembebanan biaya untuk aktivitas yang berhubungan dengan pemasok mengikuti pola yang sama dengan perhitungan biaya pelanggan dan perhitungan harga pokok produk pada ABC. Aktivitas yang digerakkan oleh pemasok, seperti membeli, menerima, memerika komponen yang datang, mengerjakan ulang produk, mempercepat pengiriman produk, dan memperbaiki produk yang masih dalam masa garansi, diidentifikasi dan didaftarkan dalam kamus aktivitas. Biaya sumber daya yang dipakai dibebankan pada aktivitas-aktivitas ini dan biaya aktivitas dibebankan pada pemasok terkait. Penelusuran biaya yang digerakkan pemasok kepada pemasok akan memungkinkan manajer untuk memilih pemasok yang benar-benar berbiaya rendah sehingga menghasilkan keunggulan bersaing yang lebih tinggi dan meningkatkan profitabilitas.



DAFTAR PUSTAKA
1.      Hansen, Don R & Maryanne M. Mowen.Akuntansi Manajerial, edisi 8. Jakarta:Salemba.2009


Tidak ada komentar:

Posting Komentar